# Tags
#Ragam #travel

Bubur Pedas Kuliner Tradisional Perekat Warga Sambas Kalbar

Kalbarpost.com – Bagi masyarakat Sambas, Kalimantan Barat, bubur pedas bukan sekadar makanan sehari-hari. Bubur yang kaya akan sayuran ini memiliki makna lebih mendalam, menjadi simbol persatuan dan kebersamaan diwariskan dari generasi ke generasi, terutama karena tradisi memasaknya dilakukan bersama-sama dalam komunitas.

Warga memanen pakis muda, yang akan digunakan sebagai bahan utama bubur pedas. Daun pakis ini, atau yang disebut miding dalam bahasa lokal, menjadi bahan pokok dalam bubur pedas khas Sambas.

Tradisi Memasak Bersama untuk Mempererat Silaturahmi

Sepulang dari hutan, Melda dan sahabatnya kembali ke desa, dan tidak lama kemudian, beberapa warga desa, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, berkumpul di rumah salah satu warga. Mereka membawa berbagai sayuran seperti jagung, tauge, kacang panjang, daun kesum, serta bahan-bahan lain seperti batang lengkuas muda dan singkong. Semua orang saling bahu-membahu dalam proses pembuatan bubur pedas ini, menciptakan suasana penuh kebersamaan.

Tradisi memasak bubur pedas bersama-sama ini menjadi cara masyarakat Sambas untuk mempererat tali silaturahmi. Dengan bahan-bahan sederhana yang mereka kumpulkan sendiri, proses memasak menjadi lebih ringan dan menyenangkan.

Bubur pedas sendiri memerlukan berbagai rempah dan sayur yang harus diolah bersama. Beberapa warga tampak menyiapkan bumbu inti seperti beras sangrai, lada hitam dan putih, serta kelapa parut, yang kemudian digiling halus dan dimasukkan ke dalam panci besar berisi air mendidih.

Sambil diaduk agar tidak menggumpal, bumbu halus tersebut dicampur dengan berbagai sayuran yang telah dicincang dan dibersihkan, mulai dari daun pakis, tauge, hingga kangkung.

Aroma rempah yang kuat mulai tercium saat bahan-bahan itu dimasak, menambah kehangatan suasana. Setelah proses memasak selesai, bubur pedas siap disantap bersama-sama, disajikan dengan taburan gorengan ikan teri, kacang tanah, bawang goreng, kecap, dan jeruk limau untuk menambah cita rasa.

Bubur Pedas: Simbol Persatuan dan Warisan Budaya

Meskipun namanya “bubur pedas”, rasa pedas sebenarnya berasal dari lada yang digunakan dalam bumbu, bukan dari cabai seperti yang banyak orang kira. Bubur pedas ini sudah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Sambas.

Menurut Syamsiah, seorang tokoh masyarakat Melayu Sambas, bubur pedas dulu hanya dimasak dalam acara-acara kerajaan atau adat yang sangat penting.

Seiring berjalannya waktu, makanan ini juga menjadi lambang persatuan, terutama di masa penjajahan, ketika masyarakat membuat bubur sebagai alternatif untuk menghemat bahan pangan.

Sejarah bubur pedas yang sarat makna ini masih hidup hingga kini. Di setiap sudut kota di Kalimantan Barat, bubur pedas dapat ditemukan di pasar tradisional, kantin sekolah, dan bahkan restoran berbintang.

Popularitas bubur pedas kini telah melampaui batas wilayah, menjadi sajian yang digemari di Ibu Kota Jakarta hingga negara tetangga, Malaysia.

Kuliner khas ini bukan hanya tentang rasa, tetapi juga cerita, tradisi, dan ikatan kuat yang mempersatukan masyarakat Sambas. Bubur pedas tidak sekadar makanan, tetapi warisan yang terus memperkuat solidaritas dan kebersamaan, dari masa lalu hingga masa kini.

(Rio/red)

Bubur Pedas Kuliner Tradisional Perekat Warga Sambas Kalbar

7 Teknologi Ramah Lingkungan di Sektor Industri

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *